
Madiun, postsurabaya.com
Sahabat Tangguh pada Hari selasa 21/20/ 2025 Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan melaksanakan Pembentukan dan Pelatihan Desa Tangguh Bencana (Destana) di Desa Candimulyo Kecamatan Dolopo, rabu (22/10).
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 50 Peserta yang terbagi dalam kegiatan pelatihan dan dukungan simulasi yang berasal dari unsur Muspika, Perangkat Desa, Karang Taruna, Linmas, Anggota PKK, Kader Kesehatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Tenaga Pendidik.
Kegiatan ini dibuka secara pribadi oleh Kepala Desa Elya Widiastuti Beliau berharap agar kegiatan seperti ini dapat dilanjutkan dan lebih dioptimalisasi demi menerapkan budaya sadar bencana khususnya di desa, Desa Candimulyo.
Beberapa materi disampaikan berkolaborasi dengan Perwakilan dari BPBD PROVINSI JAWA TIMUR dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Materi yang disampaikan yakni tentang Pengenalan Bencana, Prinsip Penanggulangan Bencana, Manajemen Bencana, Sosialisasi Penggunaan Dana Desa dan Simulasi Gempa Bumi yang dilaksanakan pada hari kedua.
Desa Tangguh Bencana (Destana) adalah sebuah konsep atau program yang bertujuan untuk membangun ketangguhan masyarakat di tingkat desa dalam menghadapi ancaman bencana.
Destana bukan sekadar desa yang siap siaga, melainkan masyarakat yang memiliki kemampuan mandiri.
Untuk mengidentifikasi potensi ancaman, menilai risiko.
Serta merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan kesiapsiagaan, mitigasi, dan respons bencana secara efektif.
Tujuannya adalah mengurangi dampak bencana, baik korban jiwa maupun kerugian materi, serta mempercepat proses pemulihan.
Untuk menilai apakah sebuah desa dapat dikategorikan sebagai Destana, ada beberapa indikator yang digunakan, antara lain:
Aspek Kelembagaan seperti adanya tim atau kelompok relawan penanggulangan bencana di tingkat desa yang terstruktur dan aktif.
Adanya peraturan desa (perdes) atau kebijakan lokal yang mendukung upaya pengurangan risiko bencana.
Aspek Perencanaan seperti Desa telah melakukan pemetaan dan analisis risiko bencana yang ada di wilayahnya (misalnya, banjir, longsor, atau gempa).
Memiliki rencana kontingensi (rencana darurat) dan rencana aksi komunitas (aksi mandiri) jika terjadi bencana.
Aspek Kapasitas seperti tersedianya sumber daya manusia yang terlatih dan peralatan dasar untuk penanggulangan bencana.
Adanya sistem peringatan dini yang berfungsi baik dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Secara rutin melaksanakan simulasi dan latihan evakuasi.
Aspek Sosial Ekonomi seperti tingkat partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan.
Adanya mekanisme perlindungan bagi kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, balita dll.
Adanya lumbung pangan atau cadangan logistik untuk kebutuhan darurat.
Harapan utama dari pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) adalah mewujudkan masyarakat yang mampu mandiri dalam menghadapi, mengurangi, dan mengelola risiko bencana.
Ini bukan hanya tentang respons saat bencana terjadi, tetapi juga tentang kesiapsiagaan dan pencegahan secara menyeluruh.
(markum)
Related Posts
Bupati Tangerang : Untuk mendoakan para santri yang wafat dalam musibah yang menimpa Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo Jawa Timur.
TPA Jatiwaringan Mauk akan di kelola oleh Perusahaan Jepang.
Bupati Tangerang : Kita juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman teman dari Pemuda Pancasila, Paskibra, PMI, RS Mitra Husada
Diduga Banyak Anggaran Ganjal, Kabag Kesra Kabupaten Madiun Enggan Di Konfirmasi.
TOSTEM Indonesia pintu dan jendela aluminium Premium secara resmi meluncurkan TOSTEM Studio BSD.
No Responses